Minggu, 23 Desember 2007

Enam topi berpikir ala Edward de Bono

Tujuan keenam topi berpikir adalah menguraikan berpikir sehingga seorang pemikir mampu menggunakan satu gaya berpikir pada suatu waktu- daripada melakukan setiap hal dalam sekejap. Analogi yang paling baik adalah analogi mencetak warna. Masing-masing dicetak secara terpisah dan akhirnya semua warna yang dicetak dijadikan satu.
Metode keenam topi berpikir dirancang untuk mengalihkan berpikir dari gaya argumen yang normal kepada gaya pembuatan peta. Hal ini membuat berpikir menjadi suatu proses bertahap-dua. Tahap pertama adalah membuat peta. Tahap kedua adalah memilih rute pada peta tersebut. Jika peta itu cukup baik, maka rute yang paling baik akan kelihatan jelas. Sama seperti dalam analogi pencetakan warna, masing-masing dari keenam topik itu menaruh satu tipe berpikir pada peta tersebut.
Penulis tidak menganjurkan bahwa keenam topi itu harus meliputi aspek yang mungkin dari berpikir, tetapi topi-topi itu memang meliputi gaya-gaya tertentu. Penulis juga tidak mengatakan bahwa pada setiap saat berpikir kita harus mengenakan salah satu dari topi-topi tersebut.
Nilai paling besar dari topi-topi tersebut adalah ketidakasliannya. Topi-topi tersebut memberikan suatu formalitas dan suatu hal yang menyenangkan untuk meminta tipe berpikir tersebut baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Topi-topi tersebut mempunyai aturan-aturan permainan berpikir. Seseorang yang memainkan permainan itu harus sadar terhadap aturan-aturan permainan berpikir. Seseorang yang memainkan permainan itu harus sadar terhadap aturan-aturan tersebut.
Semakin banyak topi digunakan, semakin topi tersebut menjadi bagian dari budaya berpikir. Setiap orang dalam suatu organisasi seharusnya mempelajari idiom dasar topi itu sehingga idiom tersebut dapat menjadi bagian dari kebudayaan. Dengan demikian berpikir kita menjadi lebih kuat. Dari pada membuang waktu dalam adu pendapat, maka lebih baik melakukan pendekatan yang tajam dan berdisiplin.
Pertama kali mungkin orang merasa sedikit aneh bila menggunakan pelbagai topi tersebut, tapi keanehan ini akan segera hilang bila sarana penarik sistem tersebut menjadi kelihatan. Penggunaan pertama topi-topi itu akan berbentuk permintaan biasa untuk menggunakan suatu topi atau beralih dari topi hitam ke topi yang lainnnya.
Nilai yang paling penting dari keenam topi tersebut memberikan peran-peran berpikir. Seorang pemikir dapat berbangga dalam memerankan masing-masing dari peran-peran tersebut. Tanpa formalitas topi itu, beberapa pemikir akan tetap terbenam dalam suatu gaya (biasanya gaya topi hitam).
Penulis menekankan lagi bahwa sistem tersebut merupakan suatu sistem yang gampang dipergunakan. Pembaca tidak perlu mengingat semua hal-hal yang berbeda yang telah penulis buat dalam bukunya. Hal-hal ini akan memberikan amplifikasi. Inti dari masing-masing topi gampang diingat.
Topi putih, putih perawan, fakta murni, angka-angka dan informasi yang murni.
Topi merah, melihat merah, emosi dan perasaan serta juga firasat dan intuisi.
Topi hitam, bujukan setan, penilaian negatif, mengapa tidak bekerja (berfungsi).
Topi kuning, cahaya mentari, kecerahan dan optimisme, positif, konstruktif, oportunitas.
Topi hijau, subur, kreatif, tumbuhan yang berkembang dari bibit, gerak maju provokasi.
Topi biru, dingin dan kendali, pemimpin orkes, berpikir tentang berpikir.
Dalam suatu organisasi semakin banyak orang mempelajari idiom itu semakin bergunalah idiom tersebut. Kebenaran adalah bahwa kita tidak mempunyai bahasa yang sederhana sebagai sistem pengendalian untuk berpikir kita.
Jikalau kita merasa bahwa kita cukup pandai untuk berbuat tanpa suatu sistem demikian, maka kita harus beranggapan bahwa suatu sistem demikian akan membuat kepandaian yang kita banggakan menjadi lebih efektif. Seseorang dengan bakat lari yang alamiah akan beruntung lebih banyak dari pada orang lain dari masalh disiplin.

1.Berpikir topi putih (fakta dan angka yang objektif)
Bayangkanlah sebuah komputer yang mampu memberikan fakta dan angka-angka yang diminta. Komputer itu netral dan objektif. Ia tidak memberikan tafsiran atau pendapat. Bila mengenakan berpikir topi putih, pemikir seharusnya meniru komputer.
Orang yang meminta informasi seyogianya menggunakan pertanyaan yang terfokus guna memperoleh informasi atau mengisi jurang informasi.
Dalam prakteknya terdapat sistem pengikat dua dari informasi. Pengikat pertama berisi fakta yang dicek dan dibuktikan- fakta kelas satu. Pengikat kedua berisi fakta yang diyakini benar tetapi belum sepenuhnya dicek- fakta kelas dua.
Ada suatu spektrum kesamaan yang terbentang dari ‘selalu benar’ sampai pada ‘tidak pernah benar’. Diantaranya terdapat tingkatan-tingkatan yang dapat digunakan seperti ‘secara keseluruhan’,’kadangkala’, dan ‘adakalanya’. Informasi jenis ini dapat digunakan di bawah topi putih, asalkan “kerangka” yang tepat di pakai untuk menunjukan kesamaan.
Berpikir topi putih merupakan suatu ilmu dan suatu petunjuk. Pemikir berusaha lebih netral dan lebih objektif dalam penyajian informasi. Anda dapat diminta mengenakan berpikir topi putih atau anda dapat meminta seseorang menggunakannya. Anda dapat menentukan mengenakan atau menggalakannya. Putih itu (polos) menunjukan kenetralan.

2.Berpikir topi merah (pandangan emosional)
Mengenakan topi merah memberikan izin kepada pemikir untuk berkata: “beginilah perasaan saya tentang masalah itu”.
Topi merah membenarkan emosi dan perasaan sebagai bagian penting dari berpikir.
Topi merah membuat perasaan kelihatan sehingga perasaan-perasaan tersebut dapat menjadi bagian peta berpikir dan menjadi bagian sistem nilai yang memilih rute pada peta itu.
Topi merah menyediakan suatu metode yang menyenangkan bagi seorang pemikir untuk memasuki dan beralih dari mode perasaan dengan cara yang tidak mungkin tanpa suatu sarana demikian.
Topi merah mengizinkan seorang pemikir menyelidiki perasaan-perasaan orang lain dengan meminta suatu pandangan topi merah.
Apabila seorang pemikir sedang menggunakan topi merah, seyogianya tidak pernah ada suatu usaha untuk membenarkan perasaan-perasaan atau memberikan suatu dasar yang logis bagi alasan-alasan tersebut.
Topi merah meliputi dua jenis perasaan. Pertama, ada emosi-emosi biasa seperti yang kita kenal, yang terbentang dari emosi-emosi yang kuat seperti ketakutan dan ketidaksenangan sampai pada emosi-emosi yang lebih tajam seperti kecurigaan. Kedua, ada penilaian yang kompleks yang memasuki jenis-jenis perasaan demikian seperti firasat, intuisis, indera, rasa, perasaan estetis dan jenis-jenis perasaan lainnya yang tida dapat dibenarkan. Di mana suatu pendapat mempunyai ukuran yang luas dari jenis perasaan ini, maka pendapat itu dapat juga sesuai di bawah topi merah.

3.Berpikir topi hitam (aspek-aspek yang negatif)
Berpikir topi hitam secara khusus menyangkut penilaian negatif. Pemikir topi hitam menunjukan apa yang salah, tidak tepat,dan keliru. Pemikir topi hitam menunjukan bagaimana sesuatu hal itu tidak sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan kita. Pemikir topi hitam menunjukan mengapa sesuatu tidak dapat berfungsi atau bekerja. Pemikir topi hitam menunukan pelbagai risiko dan bahaya yang mungkin. Pemikir topi hitam menunjukan kesalahan suatu desain.
Berpikir topi hitam bukanlah argumen dan tidak pernah dapat dipandang demikian. Berpikir topi hitam adalah suatu usaha objektif untuk meletakan unsur-unsur negatif pada peta berpikir.
Berpikir topi hitam mungkin menunjukkan kekeliruan dalam prosedur berpikir dan metodenya sendiri.
Berpikir topi hitam boleh menilai suatu gagasan terhadap masa lalu untuk melihat seberapa baik apa yang terjadi di masa lalu sesuai dengan sekarang ini.
Berpikir topi hitam dapat memproyeksikan suatu gagasan ke masa depan untuk melihat apa yang kini salah dan menimbulkan kegagalan.
Berpikir topi hitam dapat meminta pertanyaan-pertanyaan negatif. Berpikir topi hitam tidak boleh dipergunakan untuk mencakup keinginan yang negatif atau perasaan-perasaan negatif yang sebenarnya merupakan fungsi topi merah.

4.Berpikir topi kuning (optimis, harapan dan berpikir positif)
Berpikir topi kuning itu bersifat positif dan konstruktif. Warna kuning melambangkan cahaya mentari, kecerahan dan optimisme.
Berpikir topi kuning memperhatikan penafsiran positif sama seperti berpikir topi hitam memperhatikan penafsiran negatif.
Berpikir topi kuning meliputi spektrum positif yang bertentangan dari yang logis dan praktis di satu ujung sampai pada mimpi, impian, dan harapan di ujung yang lain. Berpikir topi kuning memeriksa dan menyelidiki nilai dan keuntungan. Kemudian berpikir topi kuning berusaha mengutamakan optimisme yang logis sekalipun terbatas hanya itu- asalkan tipe-tipe optimisme lainnya dengan tepat dikabulkan.
Berpikir topi kuning bersifat konstruktif dan generatif. Dari berpikir topi kuning muncul pelbagai usul dan anjuran kongkret. Berpikir topi kuning menyangkut ‘operacy’ dan membuat sesuatu terjadi. Tujuan berpikir topi kuning adalah keefektifan.
Berpikir topi kuning menjadi spekulatif dan mencari oportunitas. Berpikir topi kuning juga menyangkut impian dan mimpi.
Berpikir topi kuning tidak menyangkut euphoria positif semata (topi merah) dan juga tidak secara langsung menciptakan gagasan baru (topi hiaju).

5.Berpikir topi hijau (kreativitas dan gagasan-gagasan baru)
Topi hijau digunakan untuk berpikir kreatif. Orang yang memakai topi hijau akan menggunakan idiom-idiom berpikir kreatif. Idiom-idiom tersebut diperlukan untuk mengolah hasil sebagai hasil yang kreatif. Idealnya, baik pemikir maupun pendengar seyogianya menggunakan topi berpikir tersebut.
Warna hijau melambangkan kesuburan, pertumbuhan, dan kegunaan semaian.
Aspek fundamental dari berpikir topi hijau adalah pencarian berbagai alternatif. Oleh karena itu perlulah refleksi terhadap apa yang diketahui dan yang jelas serta yang memuaskan.
Dengan istirahat yang kreatif pemikir topi hijau beristirahat pada suatu saat tertentu untuk mempertimbangkan apakah ada dan terdapat gagasan alternatif pada saat tersebut. Tidak perlu mencari alasan untuk istirahat tersebut.
Dalam berpikir topi hijau idiom gerak-maju menggantikan idiom penilaian dan pertimbangan. Pemikir berusaha maju dari satu gagasan guna mencapai gagasan lain yang baru.
Bagian terpenting dari berpikir topi hijau adalah provokasi yang disimbolkan dengan kata po. Provokasi digunakan untuk membawa kita keluar dari pola-pola berpikir yang biasa. Ada banyak cara untuk membentuk provokasi termasuk metode kata yang acak.
Berpikir lateral merupakan seperangkat sikap, idiom dan teknik (termasuk gerak-maju, provokasi dan po) untuk melintasi pola-pola dalam sebuah sistem berpola asimetrik yang mengorganisir sendiri. Sistem tersebut digunakan untuk menghasilkan konsep-konsep dan persepsi-persepsi baru.

6.Berpikir topi biru (pengendalian dan pengaturan proses berpikir)
Topi biru merupakan topi kendali. Pemikir topi biru mengatur berpikirnya sendiri. Berpikir topi biru adalah berpikir yang menyangkut berpikir yang diperlukan untuk mengolah suatu persoalan.
Pemikir topi biru bagaikan pemimpin orkes. Pemikir topi biru juga menggunakan topi-topi lainnya.
Pemikir topi biru membatasi subjek yang terhadapnya berpikir tersebut ditujukan. Berpikir topi biru menyusun fokusnya. Berpikir topi biru membatasi persoalan dan membentuk persoalan. Berpikir topi biru menetukan tugas-tugas berpikir yang akan dilakukan.
Berpikir topi biru bertanggung jawab untuk membuat iktisar, tinjauan luas dan kesimpulan. Ketiga hal ini dapat saja dikerjakan saat demi saat dalam suatu kurun berpikir dan pada saat akhir berpikir.
Berpikir topi biru memantau berpikir dan meyakinkan bahwa aturan-aturan permainan diamati. Berpikir topi biru membuktikan argumen dan menegaskan pada peta tipe berpikir. Berpikir topi biru menerapkan disiplin. Berpikir topi biru dapat digunakan untuk menyelipkan apa yang diminta topi lainnya. Berpikir topi biru dapat juga dipergunakan untuk membuat urutan pelaksanaan berpikir secara tahap demi tahap yang harus diikuti sama seperti suatu tari mengikuti koreografinya.
Bahkan bila peran berpikir topi biru yang khusus diberikan kepada seseorang, masih terbuka juga bagi seseorang menawarkan komentar dan petunjuk-petunjuk topi biru.

Musuh terbesar berpikir adalah kerumitan, karena kerumitan menimbulkan kebingungan. Bila berpikir itu jelas dan sederhana, maka akan dapat lebih dinikmati atau menyenangkan dan lebih efektif. Keenam konsep topi berpikir amat sederhana untuk ditangkap dan dimengerti. Keenam konsep tersebut juga gampang diterapkan.
Terdapat dua tujuan utama terhadap keenam konsep topi berpikir itu. Tujuan yang pertama adalah menyederhanakan berpikir dengan mengizinkan seorang pemikir menyelesaikan suatu hal pada suatu saat. Meskipun harus menyimpan emosi, logika, informasi, harapan dan kreativitas semua pada saat yang sama, namun pemikir tersebut mampu memisahkan hal-hal tersebut tadi. Walaupun menggunakan logika untuk mendukung emosi yang setengah tersembunyi pemikir dapat mengemukakan emosi tersebut di bawah topi berpikir merah tanpa perlu melakukan pembenaran. Topi berpikir hitam kemudian dapat mengurusi aspek logika tersebut.
Tujuan utama yang kedua dari keenam konsep topi berpikir mengizinkan suatu peralihan dalam berpikir. Jika seseorang pada suatu pertemuan telah bersikap negatif, orang itu dapat diminta menggunakan ‘topi berpikir hitam’. Hal ini memberikan tanda kepada orang tersebut bahwa ia sedang bersikap negatif. Orang itu dapat juga diminta mengenakan ‘topi berpikir kuning’. Hal ini merupakan permintaan langsung menjadi bersikap positif. Dengan cara demikian keenam topi memberikan suatu idiom yang tertentu tanpa perlu melakukan penyerangan. Apa yang paling penting adalah bahwa idiom itu tidak mengancam ego atau kepribadian orang. Dengan kembali kedalam pemeranan atau bahkan suatu permainan, konsep topi-topi tersebut memungkinkan kita memilih tipe-tipe berpikir tertentu. Topi itu menjadi sejenis alat bantu untuk memberikan instruksi.
Penulis tidak menganjurkan bahwa pada setiap saat dalam berpikir kita bahwa kita harus sadar menggunakan suatu topi atau topi lainnya. Hal ini tidak perlu. Biasanya jika ingin mengenakan topi-topi dalam urutan yang telah disusun resmi dan dalam kasus-kasus demikian kita telah mengatur struktur tersebut sebelumnya. Lebih sering lagi kita ingin mengenakan salah satu topi dengan formalitasnya dalam suatu kesempatan diskusi. Atau kita mungkin meminta orang lain pada diskusi tersebut mengenakan suatu topi tertentu. Pertama-tama hal ini kelihatan aneh dan janggal, tetapi pada saatnya akan kelihatan sangat biasa untuk melontarkan permintaan yang demikian.
Jelaslah bahwa idiom itu akan amat berguna jikalau semua orang dalam suatu organisasi sadar akan aturan-aturan permainan tersebut. Umpamanya semua orang yang biasa mengadakan rapat untuk membahas berbagai hal harus sadar akan arti dan makna dari berbagai topi tersebut. Konsep itu akan bekerja dengan sangat baik apabila konsep tersebut telah menjadi sejenis bahasa umum yang biasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.


Judul buku : Enam Topi Berpikir
Penulis: Edward de Bono

Tidak ada komentar: